Kurikulum merdeka yang sebelumnya dikenal dengan sebutan kurikulum prototipe ini dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel dan berfokus pada materi esensial serta pengembangan karakter dan kompetensi siswa. Kurikulum Merdeka yang diklaim mampu mendukung pemulihan pembelajaran akibat pandemi Covid-19 yang memunculkan learning loss mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila.
2. Fokus pembelajaran pada materi esensial akan membuat pembelajaran lebih mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3. Guru memiliki fleksibilitas untuk melakukan pembelajaran berdiferensiasi sesuai kemampuan siswa dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Mendikbudristek menyatatakan bahwa kurikulum merdeka memiliki 3 keunggulan, yaitu:
(1) Sederhana dan
mendalam, yaitu fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetesi
peserta didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak
terburu-buru, dan menyenangkan;
(2) Lebih merdeka.
Pada konteks peserta didik: tidak ada program peminatan di SMA. Peserta didik
memilih mata pelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan aspirasinya. Pada
konteks guru: guru mengajar sesuai dengan tahapan pencapaian dan perkembangan
peserta didik. Pada konteks sekolah: sekolah memiliki wewenang untuk
mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan
karakteristik satuan Pendidikan dan peserta didik.
(3) Lebih relevan dan
interaktif. Dalam artian pembelajaran melalui kegiatan proyek memberikan
kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi
isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk
mendukung, pengembangan karakter kompetensi profil Pelajar Pancasila