Literasi dan numerasi merupakan kompetensi mendasar yang wajib dimiliki peserta didik untuk mendukung proses pembelajaran sepanjang hayat. Literasi dimaknai sebagai kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas, sedangkan numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari.
Dalam konteks pendidikan, penguatan literasi dan numerasi tidak hanya menjadi tanggung jawab guru Bahasa Indonesia atau Matematika, melainkan seluruh guru dan warga sekolah. Budaya literasi dan numerasi perlu ditanamkan melalui strategi pembelajaran yang sistematis, menyenangkan, dan relevan dengan kehidupan nyata peserta didik.
A. Prinsip Penguatan Literasi dan Numerasi
Berorientasi pada Peserta Didik – Strategi harus menyesuaikan tahap perkembangan dan kebutuhan belajar siswa.
Kontekstual – Materi dan aktivitas terhubung dengan pengalaman sehari-hari siswa.
Terintegrasi – Literasi dan numerasi diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran.
Berkesinambungan – Dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan.
Kolaboratif – Melibatkan seluruh warga sekolah, orang tua, dan komunitas.
B. Strategi Penguatan Literasi
Penguatan literasi dilakukan melalui penciptaan lingkungan belajar yang kaya teks, lingkungan sosial-emosional yang positif, dan lingkungan akademik yang mendukung.
1. Lingkungan Kaya Teks
Menyediakan berbagai bahan bacaan (buku cerita, majalah, poster, infografis).
Menata pojok baca di kelas dan area umum sekolah.
Memajang karya tulis siswa dan kosakata baru di dinding kata.
Menggunakan media visual seperti grafik, bagan, dan peta konsep dalam pembelajaran.
2. Lingkungan Sosial-Emosional
Membangun komunikasi terbuka antara guru, siswa, dan orang tua.
Menerapkan pembelajaran kolaboratif untuk menumbuhkan rasa saling menghargai.
Memberikan apresiasi terhadap kemajuan literasi siswa, sekecil apa pun.
3. Lingkungan Akademik
Menyediakan waktu khusus untuk membaca setiap hari (sustained silent reading).
Menggunakan ragam metode membaca (membaca nyaring, membaca bersama, membaca terbimbing).
Mengintegrasikan literasi dalam pembelajaran lintas mata pelajaran, misalnya membaca teks sains atau sejarah.
Melakukan asesmen berkala untuk memetakan kemampuan literasi siswa dan menyesuaikan pembelajaran sesuai tingkat kemampuan mereka (teaching at the right level).
C. Strategi Penguatan Numerasi
Numerasi tidak sekadar menghafal rumus atau melakukan perhitungan, tetapi memahami makna dan penerapan konsep matematika dalam kehidupan.
1. Integrasi Numerasi dalam Semua Mata Pelajaran
Menghitung data statistik di pelajaran IPS.
Menganalisis grafik hasil percobaan di IPA.
Menghitung luas area pada pembelajaran prakarya atau seni.
2. Mengaitkan dengan Kehidupan Nyata
Simulasi jual-beli di kantin sekolah.
Mengukur tinggi tanaman dalam proyek sains.
Mengatur jadwal piket menggunakan tabel dan perhitungan.
3. Memanfaatkan Media dan Permainan
Menggunakan papan angka, puzzle, atau permainan tradisional yang mengandung unsur berhitung.
Menyediakan fasilitas sekolah dengan tampilan numerasi, seperti penggaris raksasa di dinding atau jam besar di lapangan.
4. Asesmen dan Refleksi
Menggunakan soal kontekstual untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah.
Memberikan umpan balik yang membangun agar siswa memahami kesalahan dan memperbaikinya.
D. Peran Guru dan Sekolah
Guru
Menjadi teladan literasi dan numerasi.
Mendesain pembelajaran yang menantang dan menyenangkan.
Memberikan bimbingan sesuai kemampuan siswa.
Sekolah
Menyediakan sarana prasarana pendukung (perpustakaan, alat hitung, papan informasi).
Mengadakan program rutin seperti lomba baca puisi, kuis matematika, atau pameran karya.
Melibatkan orang tua dan komunitas dalam kegiatan literasi-numerasi.
E. Contoh Kegiatan Inovatif
Literasi: Membuat “Buku Cerita Bergilir” di mana setiap siswa menulis lanjutan cerita secara bergantian.
Numerasi: “Pasar Mini Sekolah” untuk melatih keterampilan menghitung dan mengelola uang.
Terpadu: Memasak resep sederhana sambil membaca instruksi dan menghitung takaran bahan.