Jumat, 15 Agustus 2025

MEMBANGUN EKOSISTEM LITERASI DAN NUMERASI DI SEKOLAH

Literasi dan numerasi bukan hanya kemampuan teknis membaca, menulis, dan berhitung, tetapi keterampilan berpikir kritis, memahami informasi, dan memecahkan masalah. Untuk menumbuhkan keterampilan ini, sekolah tidak cukup hanya mengadakan kegiatan insidental, melainkan perlu membangun ekosistem yang mendukung — sebuah lingkungan yang memfasilitasi, menumbuhkan, dan memelihara kebiasaan literasi dan numerasi secara berkelanjutan.

Ekosistem ini melibatkan seluruh komponen sekolah: guru, siswa, kepala sekolah, tenaga kependidikan, orang tua, dan komunitas sekitar.

A. Konsep Ekosistem Literasi dan Numerasi

Ekosistem literasi dan numerasi adalah tatanan lingkungan fisik, sosial, budaya, dan akademik di sekolah yang secara konsisten mendorong terjadinya kegiatan literasi dan numerasi.

Ciri-cirinya antara lain:

  1. Lingkungan kaya sumber belajar (bahan bacaan, media numerasi, teknologi pembelajaran).

  2. Budaya sekolah yang positif terhadap membaca, menulis, dan berpikir logis.

  3. Keterlibatan seluruh warga sekolah dalam kegiatan literasi dan numerasi.

  4. Pembelajaran kontekstual dan terintegrasi di semua mata pelajaran.

B. Komponen Pembentuk Ekosistem

1. Lingkungan Fisik yang Mendukung

  • Perpustakaan yang aktif dan nyaman digunakan.

  • Pojok baca di kelas dan area umum.

  • Media numerasi seperti papan angka, infografis, penggaris besar di dinding, atau jam analog di area strategis.

  • Akses ke teknologi pembelajaran digital (tablet, komputer, e-book).

2. Lingkungan Sosial dan Budaya

  • Budaya membaca sebelum pelajaran dimulai.

  • Apresiasi karya siswa melalui pameran, lomba, atau publikasi.

  • Kegiatan berbasis kolaborasi, seperti membaca bersama atau permainan matematika kelompok.

  • Sikap positif guru dan staf terhadap kegiatan membaca dan berhitung.

3. Lingkungan Akademik

  • Integrasi literasi dan numerasi ke dalam seluruh mata pelajaran, bukan hanya Bahasa Indonesia atau Matematika.

  • Desain pembelajaran yang kontekstual, sesuai kehidupan sehari-hari siswa.

  • Penggunaan strategi Teaching at the Right Level untuk mengakomodasi kemampuan beragam siswa.

  • Asesmen berkala untuk memantau kemajuan dan memberi umpan balik yang membangun.

C. Strategi Membangun Ekosistem Literasi dan Numerasi

  1. Pemetaan Awal

    • Lakukan survei atau asesmen diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

    • Identifikasi potensi dan hambatan yang ada di sekolah.

  2. Perencanaan Program

    • Susun program tahunan literasi dan numerasi yang terintegrasi dalam kalender akademik.

    • Tentukan kegiatan rutin, insidental, dan kolaboratif.

  3. Pelaksanaan yang Konsisten

    • Jalankan kegiatan rutin seperti 15 menit membaca dan kuis numerasi mingguan.

    • Laksanakan kegiatan insidental seperti lomba resensi buku, olimpiade matematika, atau proyek menghitung biaya produksi.

  4. Kolaborasi dengan Orang Tua dan Komunitas

    • Ajak orang tua menyediakan bacaan di rumah dan mendampingi anak dalam kegiatan numerasi.

    • Libatkan komunitas lokal atau dunia usaha untuk menyediakan sumber belajar atau menjadi narasumber.

  5. Monitoring dan Evaluasi

    • Gunakan instrumen evaluasi untuk mengukur perkembangan literasi dan numerasi siswa.

    • Lakukan refleksi rutin bersama guru untuk perbaikan program.

D. Contoh Kegiatan dalam Ekosistem Literasi dan Numerasi

  • Literasi:

    • Membaca 15 menit sebelum pelajaran.

    • Pojok baca tematik setiap bulan.

    • Resensi buku di majalah dinding sekolah.

  • Numerasi:

    • Tantangan matematika mingguan.

    • Proyek menghitung dan mengelola keuangan kegiatan sekolah.

    • Papan informasi angka dan data statistik sekolah.


Sumber Diklat Menguatkan  Fondasi Pembelajaran :- Integrasi Literasi dan Numerasi yang Bermakna