- Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem-based Learning).
Model pembelajaran
berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa
pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa
dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Arends dalam abbas, 2000 : 13).
Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang
harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berfikir
kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep – konsep
penting, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa
mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah,
penggunaannya di dalam tingkat berfikir yang lebih tinggi, dalam situasi
berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.
- Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning.
Model pembelajaran
kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok
heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15)
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau
serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa
agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni
(2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa
lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.
Pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa model
pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok.
- Model Pembelajaran Berbasis
Proyek (Project-based Learning).
Proyek adalah tugas yang
kompleks, berdasarkan tema yang menan tang, yang melibatkan siswa dalam
mendesain, memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau kegiatan investigasi;
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam periode waktu yang telah
dijadwalkan dalam menghasilkan produk (Thomas, Mergendoller, and Michaelson,
1999). Proyek terurai menjadi beberapa jenis. Stoller (2006) mengemukakan tiga
jenis proyek berdasarkan sifat dan urutan kegiatannya, yaitu: (1) proyek
terstruktur, ditentukan dan diatur oleh guru dalam hal topik, bahan,
metodologi, dan presentasi; (2) proyek tidak terstruktur didefinisikan terutama
oleh siswa sendiri; (3) proyek semi-terstruktur yang didefinisikan dan diatur
sebagian oleh guru dan sebagian oleh siswa.
Pembelajaran Berbasis
Proyek sebagai pembelajaran yang menggunakan Proyek sebagai media dalam proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Penekanan pembela -jaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan
produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai
dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.
Produk yang dimaksud adalah hasil Proyek berupa barang atau jasa dalam bentuk
desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan
lain-lain. Melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek, siswa akan berlatih
merencanakan, melaksanakan kegiatan sesuai rencana dan menampilkan atau
melaporkan hasil kegiatan. Bentuk aktivitas proyek terdiri dari (1) Proyek
produksi yang meli batkan penciptaan seperti buletin, video, program radio,
poster, laporan tertulis, esai, foto, surat-surat, buku panduan, brosur, menu
banquet, jadwal perjalanan, dan sebagainya; (2) Proyek kinerja seperti pementasan,
presentasi lisan, pertunjukan teater, pameran makanan atau fashion show ; (3)
Proyek organisasi seperti pembentukan klub, kelompok disku-si, atau
program-mitra percakapan. Lebih lanjut, menurut Fried-Booth (2002) ada dua
jenis proyek yaitu (1) Proyek skala kecil atau sederhana yang hanya
menghabiskan dua atau tiga pertemuan. Proyek ini hanya dilakukan di dalam
kelas; (2) Proyek skala penuh yang membutuhkan kegiatan yang rumit di luar
kelas untuk menyelesaikannya dengan rentang waktu lebih panjang.
- Model Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching).
Model pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching And Learning / CTL) merupakan suatu konsepsi
yang membantu guru dalam proses pembelajaran dengan mengaitkan konten mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan motivasi siswa yang membuat hubungan
antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, masyarakat, warga Negara dan tenaga kerja Menurut Elaine B. Johnson
(Riwayat,2008), CTL juga merupakan sebuah sistem yang merangsang otak untuk
menyusun pola-pola yang mewujudkan makna dengan menghubungakan muatan akademis
dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
Belajar dapat terjadi
dengan proses mengalami. Siswa dapat belajar dengan baik jika dihadapkan dengan
masalah aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan real dan minatnya.[1] CTL
didesain dengan melibatkan siswa mengalami dan menerapkan apa yang diajarkan
dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran
dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga negara
dan tenaga kerja. Hal ini memungkinkan siswa
mengaitkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik
mereka dalam memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang
stimulisasi. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL)
adalah pembelajaran yang memiliki hubungan yang erat dengan pengalaman yang
sesungguhnya. Dan ini merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase yang
berlangsung jauh melampaui drill-oriented dan metodologi stimulus-response.
- Model Pembelajaran Inkuiri.
Inkuiri yang dalam
bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan
(Gulo, 2004:84). Beberapa pendapat tentang model pembelajaran inkuiri, antara
lain menurut Widja (1989:48) model pembelajaran inkuiri adalah suatu Model yang
menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip.
Selanjutnya, Sumantri
(1999:164) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah cara penyajian
pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan
atau tanpa bantuan guru. Model pembelajaran inkuiri adalah porses belajar yang
memberi kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problem secara
sistematika yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian (Nasution,
1992:128). Lebih lanjut dikatakan Model pembelajaran inkuiri adalah suatu
proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi
dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis
dan logis. Model atau pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan salah satu
bentuk pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered
approach). Ciri utama yang dimiliki oleh pendekatan inkuiri yaitu menekankan
kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan (menempatkan
siswa sebagai subjek belajar), seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan
untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief) serta
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Wina
Sanjaya, 2009: 196-197).
- Model Pembelajaran Pencapaian
Konsep (Concept Learning).
Model pembelajaran
Pencapaian Konsep ini berangkat dari studi mengenai proses berfikir yang
dilakukan Bruner, Goodnow, dan Austin (dalam Suherman dan Winataputra, 1992)
yang menyatakan bahwa model ini dirancang untuk membantu mempelajari
konsep-konsep yang dapat dipakai untuk mengorganisasikan informasi sehingga
dapat memberi kemudahan bagi mereka untuk mempelajari konsep itu dengan cara
efektif, menganalisis, serta mengembangkan konsep. Pengertian Model Pencapaian
Konsep ini juga merupakan model yang efisien untuk menyajikan informasi yang
terorganisasikan dalam berbagai bidang studi, salah satu keunggulan dari model
pencapaian konsep ini adalah meningkatkan kemampuan untuk belajar dengan cara
yang lebih mudah dan lebih efektif.
Eggen dan Kauchak (2012:
218) menyatakan model pencapaian konsep adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk membantu siswa dari semua usia mengembangkan dan menguatkan
pemahaman mereka tentang konsep dan mempraktikkan kemampuan berpikir kritis.
Pada model pembelajaran ini, siswa tidak disediakan rumusan suatu kosep, tetapi
mereka menemukan konsep tersebut berdasarkan contoh-contoh yang memiliki
penekanan-penekanan terhadap ciri dari konsep itu. Pada pembelajaran peraihan
konsep ini, guru menunjukkan contoh dan noncontoh dari suatu konsep yang
dibayangkan. Sementara siswa membuat hipotesis tentang apa kemungkinan
konsepnya, menganalisis hipotesis-hipotesis mereka dengan melihat contoh dan
noncontoh, yang pada akhirnya sampai pada konsep yang dimaksud.
Ada dua hal penting
dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep yaitu:
- Menentukan Tingkat Pencapaian
Konsep Tingkat pencapaian konsep (concept attainment) yang diharapkan
dari siswa sangat tergantung pada kompleksitas dari konsep, dan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Ada siswa yang belajar konsep pada tingkat
konkret rendah atau tingkat identitas, ada pula siswa yang mampu mencapai
konsep pada tingkat klasifikatori atau tingkat formal.
- Analisis Konsep Analisis konsep
merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk membantu guru dalam
merencanakan urutan-urutan pengajaran pencapaian konsep. Untuk melakukan
analisis konsep guru hendaknya memperhatikan beberapa hal antara lain:
(1) nama konsep, (2) attribute-attribute kriteria dan attribute-attribute
variabel dari konsep, (3) definisi konsep, (4) contoh-contoh dan
noncontoh dari konsep, dan (5) hubungan konsep dengan konsep-konsep lain.